Labura | GarisPolisi.com – Kabupaten Labuhanbatu Utara (Labura), Sumatera Utara, kini menjadi pionir dalam pemanfaatan limbah tandan kosong kelapa sawit (TKKS) untuk pembuatan pupuk organik. Melalui program Sustainable Farming in Tropical Asian Landscapes (SFITAL), kolaborasi strategis terjalin antara pemerintah daerah, Rainforest Alliance, Masyarakat Agroforestri Indonesia (MAFI), serta perusahaan kelapa sawit, guna mengembangkan model bisnis pupuk organik berbasis TKKS.
Pada Jumat (13/12/2024), lokakarya bertajuk “Membangun Kemitraan Pengembangan Usaha Pupuk Organik Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) di Kabupaten Labuhanbatu Utara” digelar. Kegiatan ini bertujuan mendorong kemitraan antara pemerintah, petani, dan sektor swasta untuk mengoptimalkan potensi limbah sawit sebagai sumber daya bernilai ekonomi dan ekologis.
Endri Martini, Peneliti Ahli Agroforestri dari CIFOR-ICRAF Program Indonesia, menjelaskan bahwa pupuk organik berbasis TKKS mengandung nitrogen tinggi yang mampu meningkatkan kualitas tanah sekaligus produktivitas pertanian. “Potensi ini tidak hanya membuka peluang usaha baru bagi petani, tetapi juga mendukung keberlanjutan lingkungan,” ujarnya.
Gagasan ini lahir dari kebutuhan mendesak akan akses pupuk yang sulit dijangkau oleh petani, sementara limbah TKKS tersedia melimpah. Kemitraan yang terbangun diharapkan tetap berlanjut meskipun program SFITAL nantinya usai.
Lokakarya ini juga menjadi forum penting untuk menyusun pola kemitraan dan rencana tindak lanjut. Program SFITAL, yang dimulai sejak 2022 di Labura, telah menjadikan tujuh desa sebagai lokasi percontohan sesuai SK Bupati Nomor 500.8/617/Diperta/RAD-KSB/IX/2023. Kegiatan di desa-desa ini meliputi pelatihan pengelolaan kebun sawit, pengembangan kebun belajar intercropping, hingga inisiasi usaha pupuk organik berbasis TKKS.
“Pengembangan pupuk organik TKKS ini adalah solusi inovatif untuk mengatasi kelangkaan dan mahalnya pupuk kimia. Kami berharap tujuh desa percontohan SFITAL dapat menjadi model pengembangan yang bisa direplikasi di daerah lain,” ujar Kepala Dinas Pertanian Labura, Drh. Sudireja, MM.
Kepala Bappeda Labura, Muhammad Asril, S.Sos., menegaskan komitmen pemerintah daerah dalam mendukung inisiatif ini. “Dengan kolaborasi yang solid bersama perusahaan swasta, kita dapat mempercepat pembangunan daerah, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan menjaga keberlanjutan lingkungan. Inisiatif ini akan dimasukkan dalam RPJMD Labura sebagai langkah strategis,” paparnya.
Dukungan juga datang dari sektor swasta. Ganda Sitorus, perwakilan PT Grahadura Leidongprima (GLP), menyatakan bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab sosial untuk mendukung inisiatif ini. “Kolaborasi dengan prinsip transparansi dan komunikasi yang baik akan menciptakan stabilitas ekonomi, meningkatkan pendapatan daerah, serta mendorong keberlanjutan sosial-ekonomi,” tambahnya.
Lokakarya ini turut menghadirkan perwakilan dari desa-desa percontohan SFITAL, seperti H. Yusuf dari Desa Bandar Selamat dan Tiana dari Desa Terang Bulan. Mereka menyampaikan aspirasi kelompok tani untuk pengelolaan limbah sawit yang lebih optimal.
“Kami berharap kegiatan ini mampu menggalang potensi kemitraan dari berbagai pihak, sehingga manfaat dari pengelolaan TKKS dapat dirasakan luas oleh masyarakat di Labura,” ungkap Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan, H. Muhammad Ikhwan Lubis, S.T., M.T.
Melalui langkah strategis dan kolaborasi berkelanjutan, inisiatif ini diharapkan dapat mengubah limbah sawit menjadi sumber daya unggulan yang mendukung kesejahteraan petani sekaligus menjaga kelestarian lingkungan di Kabupaten Labuhanbatu Utara.
(MJs)
0 Komentar