![]() |
Buaya serang warga di Pasaman Barat (Ilustrasi). |
Pasaman Barat | GarisPolisi.com — Serangan buaya kembali menggemparkan masyarakat Pasaman Barat. Seorang warga bernama Depi Pahrizi (47), warga Jorong Sumba, Nagari Taluak Ambun, Kecamatan Lembah Melintang, dilaporkan diterkam buaya saat menyeberangi kanal milik PT BPP di kawasan Air Balam, pada Selasa siang, 13 Mei 2025, sekitar pukul 11.00 WIB.
Menurut keterangan saksi mata, korban saat itu tengah dalam perjalanan menuju kebun bersama tiga orang rekannya. Mereka harus menyeberangi kanal yang berada di sebelah kanan jembatan besi arah Sikabau. Saat Depi, yang menyeberang paling belakang, berada di tengah kanal, seekor buaya muncul secara tiba-tiba dari dasar air dan langsung menyeret tubuhnya.
"Buaya itu muncul begitu cepat dari bawah air dan langsung menarik Depi. Kami bertiga tidak sempat menolong karena semuanya terjadi begitu cepat. Dalam hitungan detik, dia sudah hilang diseret buaya," ujar salah satu rekan korban yang menyaksikan kejadian tersebut.
Hingga berita ini diterbitkan, korban masih belum ditemukan. Proses pencarian terus dilakukan oleh warga setempat, aparat nagari, Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kecamatan Lembah Melintang, serta pihak terkait lainnya. Tim gabungan menggunakan perahu tradisional dan alat seadanya dalam upaya pencarian di sepanjang aliran kanal.
Peristiwa ini menjadi kasus serangan buaya kedua dalam kurun waktu kurang dari sebulan di wilayah tersebut. Sebelumnya, pada 26 April 2025, seorang warga Ujung Gading bernama Sukriadi (56) juga menjadi korban keganasan buaya di aliran Sungai Batang Rosak, Jorong Sikabau. Setelah lima hari pencarian, tim hanya berhasil menemukan potongan kaki korban sekitar 2,3 kilometer dari lokasi kejadian.
Maraknya serangan buaya dalam beberapa waktu terakhir memicu keresahan warga. Mereka mendesak pemerintah daerah dan instansi terkait untuk segera mengambil langkah konkret guna mengantisipasi ancaman satwa liar tersebut yang kian merajalela di sekitar permukiman dan area aktivitas warga.
“Kami sangat khawatir. Setiap hari kami harus melintasi kanal atau sungai untuk ke kebun. Kami butuh perlindungan dan tindakan nyata agar kejadian seperti ini tidak terus berulang,” kata salah seorang tokoh masyarakat setempat.
Pihak Dinas Lingkungan Hidup dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat diharapkan segera turun tangan untuk menangani konflik antara manusia dan satwa buas yang kini semakin sering terjadi di Pasaman Barat.
(Okeh Saputra)
0 Komentar