![]() |
Mapolres Labuhanbatu. |
Labura | GarisPolisi.com - Peredaran narkoba di Kecamatan Kualuh Selatan, Kabupaten Labuhanbatu Utara (Labura), semakin mengkhawatirkan dan meresahkan warga. Masyarakat setempat mendesak Kapolres Labuhanbatu, AKBP Bernhard L. Malau, S.I.K., M.H., untuk mengerahkan seluruh kekuatan jajaran kepolisian guna menindak tegas para bandar narkoba yang diduga menguasai berbagai wilayah di kecamatan tersebut.
Menurut informasi yang diperoleh dari warga, jaringan narkoba telah menyebar luas di hampir setiap dusun dan desa, dengan sejumlah nama yang diduga sebagai bandar besar. Di antaranya, inisial RZ yang beroperasi di Pasar Pagi Gunting Saga, ST dan ECT di Damuli Pekan Jalan Lintas Simpang Membot, BS di Desa Gunung Melayu, serta MT di Desa Lobuhuala Gunung Lonceng.
"Sudah terlalu banyak peredaran narkoba di kampung kami. Hampir setiap desa di Kualuh Selatan memiliki pasar narkoba masing-masing. Seakan-akan tidak ada tindakan nyata dari aparat hukum, padahal narkoba ini menjadi sumber utama berbagai tindak kriminal seperti pencurian, begal, bahkan kekerasan dalam rumah tangga," ungkap seorang warga yang enggan disebutkan namanya, Jumat (21/2/2025).
Masyarakat mengaku frustrasi karena meskipun beberapa kali dilakukan penggerebekan, para pelaku tetap bisa beroperasi kembali. Salah satu contoh yang mencolok adalah penggerebekan terhadap ST di Damuli Pekan. Meski telah berulang kali menjadi target razia dan penggerebekan oleh aparat kepolisian yang bekerja sama dengan pemerintah desa, ST diduga masih tetap menjalankan bisnis haramnya.
"Setiap kali digerebek, mereka hanya pindah tempat, tapi tetap berjualan. Seolah-olah sudah ada kesepakatan yang melindungi mereka. Ini membuat kami khawatir dan semakin putus asa," ujar warga lainnya.
Di Desa Lobuhuala, seorang tokoh masyarakat juga mengungkapkan kekhawatirannya terhadap keberadaan MT, seorang mantan narapidana kasus narkoba yang setelah bebas justru kembali berbisnis barang haram.
"MT ini sudah berkali-kali masuk penjara, tapi tak pernah jera. Jaringannya luas, mulai dari pengguna hingga pengamanan bisnisnya sendiri. Kalau tak ada perlindungan dari pihak tertentu, mana mungkin dia bisa terus beroperasi seperti ini?" kata tokoh masyarakat setempat.
Hal serupa juga terjadi di Desa Gunung Melayu, di mana seorang warga melaporkan bahwa ECT yang beroperasi di kawasan perkebunan sawit PT. Sinar Mas masih tetap beraktivitas meskipun sudah sering digerebek oleh aparat.
"Sudah berkali-kali ECT digrebek, tapi tetap eksis. Setiap kali penggerebekan gagal, dia hanya pindah lokasi di sekitaran perkebunan sawit. Ini sudah keterlaluan!" keluh warga Gunung Melayu.
Peredaran narkoba yang semakin marak ini memicu kekhawatiran besar di kalangan masyarakat, terutama terkait masa depan generasi muda. Mereka berharap ada tindakan tegas dan serius dari aparat kepolisian dan pihak berwenang lainnya.
"Kami ingin kepolisian dan aparat penegak hukum benar-benar serius dalam menangani masalah ini. Jika tidak, maka dampaknya akan semakin luas, dan generasi muda kita akan semakin rusak karena narkoba," ujar seorang warga di Dusun Sinar Toba yang juga melaporkan bahwa bandar narkoba berinisial BS tetap beroperasi meskipun sudah beberapa kali ditindak aparat.
Masyarakat berharap adanya sinergi yang lebih kuat antara kepolisian, TNI, pemerintah daerah, serta peran aktif masyarakat dalam memberantas narkoba. Mereka juga mendesak agar ada pengawasan lebih ketat terhadap aparat di lapangan agar tidak terjadi kebocoran informasi yang dapat menggagalkan upaya pemberantasan narkoba.
"Kami hanya ingin desa kami bersih dari narkoba. Jangan sampai aparat hukum kalah dengan jaringan narkoba yang semakin kuat. Kami ingin hidup aman dan masa depan anak-anak kami tidak hancur karena narkoba," pungkas seorang warga dengan penuh harapan.
(Mjs)
0 Komentar