Tangan Pemuda Kampung Nelayan Nyaris Putus, Ditebas Gerombolan Begal

MEDAN|GarisPolisi.com - Aksi keganasan gerombolan begal di Medan kembali terulang, kali ini terjadi terjadi di Jalan K.L Yos Sudarso KM 14, Kelurahan Martubung, Kecamatan Medan Labuhan, tepatnya didepan Simpang Darmin, Sabtu, (25/5/2024) dini hari.

Dari peristiwa tersebut, Muhammad Ridho (22) warga Kampung Nelayan menjadi korban keganasan gerombolan begal, yang awalnya ingin merampok sepeda motornya, hingga tangan kanannya hampir putus ditebas kelewang oleh gerombolan begal tersebut.

Hal itu dikatakan korban ketika awak media datang kerumahnya, di Komplek Perumahan Nelayan, Kelurahan Nelayan Indah, Kecamatan Medan Labuhan, Rabu (29/5/2024).

Ridho menceritakan, awal kejadian tersebut bermula ketika dia pulang dari acara ulang tahun temannya di Simpang Martubung, korban pulang dengan mengendarai sepeda motor Vario dengan kedua temannya yang lain, dengan masing-masing mengendarai sepeda motor.

Singkatnya, untuk mengantisipasi mereka dituduh kawanan geng motor, akhirnya mereka berjalan terpisah, bukan berjalan konvoi, tak lama berselang sekitar 300 meter dari Simpang Martubung, mereka dicegat oleh gerombolan begal, yang keluar dari Simpang Darmin, dengan membawa beraneka senjata tajam.

Gerombolan begal itu   yang awalnya hendak merampok sepeda motor mereka, naasnya posisi korban berada di belakang kedua temannya, sehingga tangan korban yang tertebas senjata tajam, sejenis kelewang.

"Saya tepat berada di belakang bang, makanya tangan saya yang tertebas kelewang mereka," ketika ditanya berapa jumlah pelaku, korban tidak tahu, karena lokasi kejadian pada saat itu dalam kondisi gelap tidak ada penerangan.

Setelah itu korban langsung kabur dari  gerombolan begal tersebut, dengan mengendarai motor dengan tangan terluka, setelah itu mereka mencari warung terdekat, untuk meminta pertolongan.

Dengan tangan terluka yang hampir putus, korban langsung dibawa temannya dan warga ke Rumah Sakit Wulan Windi Marelan, dan langsung dilakukan operasi sebanyak hampir 30 jahitan.

Br.Pasaribu, ibu korban mengatakan jika anaknya mengalami sebanyak hampir 30 jahitan, dan menghabiskan biaya sekitar Rp.15 juta, itupun belum biaya check up dan biaya yang lain yang belum dikeluarkan.

Dengan keterbatasan ekonomi yang hanya mengandalkan penghasilan korban sebagai pegawai pabrik, dirinya rela menggadai surat tanah yang dimiliknya untuk mengobati perobatan  korban.

"Saya sudah menggadai surat tanah ini dek, untuk mengobati perobatan Ridho sampai hari ini, karena semalam Ridho menjalani operasi penyambungan saraf, dibagian tangan, jika tidak dilakukan penyambungan saraf, maka tangan kanannya tidak bisa berfungsi lagi," ucapnya.

Sampai saat ini korban belum membuat laporan ke Polsek Medan Labuhan, dikarenakan ayah korban sedang mengalami sakit jantung, dan diabates, jadi tidak berani membuat laporan, dan juga mereka takut jika membuat laporan, mereka akan dikenakan biaya.

"Kami takut dek, untuk membuat laporan, karena ayahnya belum sembuh kali sakit jantungnya, belum lagi kami nanti diminta sejumlah uang sama polisi, udah habis buat perobatan, masak harus diminta lagi uang untuk buat laporan," ucap Br.Pasaribu.

(San)

Posting Komentar

0 Komentar