Pelaksanaan tradisi sembayang tebu ini merupakan rangkaian tradisi yang dilakukan warga Tionghoa setiap tahunnya, dengan diwakili oleh salah satu dari 12 hewan yang berbeda, yang ada didalam zodiak China atau shio di tahun 2024, dan berpindah dari tahun kelinci menjadi tahun naga.
Sekitar pukul 11 malam, sebagian kecil warga Tionghoa yang ada di sekitaran Medan Labuhan tengah melakukan persiapan untuk menggelar ritual, seperti persiapan dupa, hio, baju thikong dan beberapa makanan, yang ritual tersebut akan dilaksanakan pada pukul 12 malam.
Kawasan Komplek Tzu Chi ini merupakan tempat paling aktif ketika menggelar tradisi sembahyang tebu, dikarenakan sebagian besar warga Tionghoa masih melaksanakan tradisi leluhur yang sudah jarang dilaksanakan setelah Imlek tersebut.
Rudi, Warga Tionghoa ketika ditemui awak media mengatakan, pelaksanaan tradisi sembayang tebu pada malam hari ini bertujuan untuk memperlancar rezeki serta panjang umur dan juga mewujudkan Indie sua selalu maju dan makmur, ucapnya.
Ia mengatakan, tidak ada persiapan khusus, apalagi harus ke Vihara, sembayang tebu cukup dilakukan di teras-teras rumah, ritualnya juga tetap menggunakan dupa, hio, baju thikong dana sejumlah makanan persembahan, dan yang membedakan adalah hari pelaksanaannya dana tentunya juga akan disertakan batangan tebu yang telah dihias.
Sekedar mengingat, jika sembayang tebu tersebut terjadi karena adanya perang yang melibatkan suku hokkian, yang kemudian terjebak didalam pertempuran tersebut, saat pergantian tahun, mereka bisa bersembunyi di ladang-ladang tebu, tanpa bisa beribadah dan merayakan Imlek.
Kemudian pada hari kedelapan, suku Hokkian ini baru memberanikan diri keluar dan merayakan Tahun Baru Imlek, hingga kini tradisi itu terus dijaga oleh Suku Hokkian masa kini, tentunya dengan penuh suka cita.
(San)
0 Komentar