Evaluasi Program SFITAL: Langkah Nyata Menuju Sawit Berkelanjutan di Labuhanbatu Utara


Editor: MJ. Sitorus 

Labuhanbatu Utara | GarisPolisi.com – Setelah hampir tiga tahun berkolaborasi memperkuat sistem pertanian kelapa sawit berkelanjutan, Proyek Sustainable Farming in Tropical Asian Landscapes (SFITAL) bersama Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara menggelar Lokakarya Evaluasi Hasil Kegiatan SFITAL, Rabu (28/5/2025). Kegiatan ini menjadi penanda penting berakhirnya program sekaligus membuka ruang untuk menyusun langkah strategis keberlanjutan di masa mendatang.

Lokakarya yang berlangsung interaktif tersebut menjadi ajang refleksi capaian program, sekaligus menjaring masukan dari para pemangku kepentingan. Wakil Bupati Labuhanbatu Utara, Dr. H. Samsul Tanjung, S.T., M.H., dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas kontribusi SFITAL yang dinilai membawa perubahan nyata dalam pengelolaan kebun sawit rakyat (PSR) di wilayahnya.

“Kolaborasi ini membuka ruang pembelajaran lintas sektor dan menghadirkan pendekatan baru yang lebih inklusif. Kami mengapresiasi seluruh OPD, penyuluh, serta kelompok tani yang telah aktif berperan dalam program peremajaan sawit rakyat,” ujar Samsul.

Sejak diluncurkan pada September 2022, SFITAL yang dikoordinasikan oleh CIFOR-ICRAF dan didanai oleh International Fund for Agricultural Development (IFAD), telah mendorong berbagai inisiatif keberlanjutan. Di antaranya penyusunan Rencana Aksi Daerah Kelapa Sawit Berkelanjutan (RAD-KSB), penguatan kapasitas petani, promosi praktik Good Agricultural Practices (GAP), hingga percontohan sistem agroforestri sawit yang ramah lingkungan.

Samsul menegaskan, kunci keberhasilan sawit berkelanjutan bukan pada perluasan lahan, melainkan pada peningkatan efisiensi melalui teknologi, bibit unggul, dan pendekatan pertanian berbasis ekologi.

Koordinator Proyek SFITAL dari CIFOR-ICRAF Program Indonesia, Dr. Betha Lusiana, menambahkan bahwa penerapan sistem agroforestri di kebun sawit rakyat terbukti meningkatkan produktivitas petani sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.

“Kami melihat kemajuan signifikan dalam kapasitas petani, baik melalui pelatihan maupun praktik langsung di lapangan. RAD-KSB menjadi instrumen penting untuk menyelaraskan arah pembangunan daerah dengan prinsip keberlanjutan,” jelas Betha.

Diskusi kelompok terarah (FGD) yang menjadi bagian dari lokakarya turut menghadirkan suara petani, penyuluh, dan pelaku usaha. Mereka berbagi tantangan serta harapan dalam melanjutkan agenda sawit berkelanjutan pasca berakhirnya program SFITAL. Riset-aksi berbasis kolaborasi ditegaskan sebagai pendekatan strategis untuk menciptakan sistem pertanian sawit yang tangguh dan inklusif.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Labuhanbatu Utara, drh. Sudarija, menegaskan bahwa hasil dari lokakarya ini akan ditindaklanjuti dalam bentuk rencana aksi bersama lintas sektor.

“Komitmen yang telah terbangun selama program akan menjadi fondasi kokoh untuk inovasi lebih lanjut, perbaikan tata kelola, dan peningkatan kesejahteraan petani sawit rakyat,” ujarnya.

Sebagai penutup, dilakukan serah terima berbagai dokumen hasil kegiatan SFITAL kepada para pemangku kepentingan. Penghargaan juga diberikan kepada para penyuluh dan kelompok tani sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi dan kontribusi mereka dalam mewujudkan sistem pertanian sawit yang lebih berkelanjutan di Labuhanbatu Utara. (**)

Posting Komentar

0 Komentar